Minggu, 08 September 2013

''Maafkan Aku Ibuku''

Saat kita hadir di dunia ini, Ibu mendekap erat dalam hangat peluknya.
kita mensyukurinya dengan menjerit sekencang mungkin.
Saat kita berumur 1 tahun, Ibu menyusui dan memandikan kita.
kita mensyukurinya dengan tangisan yang membangunkannya di tengah malam.
Saat kita berumur 2 tahun, Ibu melatih kita berjalan.
kita mensyukurinya dengan berlari menjauh saat Ibu memanggil.
Saat Kita berumur 3 tahun, Ibu membuatkan bubur untuk kita dengan penuh cinta.
Kita mensyukurinya dengan membanting mangkok kita ke lantai hingga berceceran.
Saat kita berumur 4 tahun, Ibu memberi pensil warna.
kita mensyukurinya dengan mencoreti permukaan meja makan.
Saat Kita berumur 5 tahun, Ibu memakaikan pakaian terbaik untuk kita dan mengajak kita jalan-jalan. Engkau mensyukurinya dengan meloncat-loncat di atas genangan lumpur.
Saat kita berumur 6 tahun, Ibu memasukkan kita ke sekolah dasar.
kita mensyukurinya dengan berteriak, "AKU TIDAK MAUU !!"
Saat Kita berumur 7 tahun, Ibu membelikan bola sepak.
kita mensyukurinya dengan menyepaknya kuat-kuat hingga memecahkan kaca jendela tetangga.
Saat kita berumur 8 tahun, Ibu membelikan es krim.
kita mensyukurinya dengan menumpahkannya ke pangkuan.
Saat kita berumur 9 tahun, Ibu membayarkan kursus piano untuk kita.
kita mensyukurinya dengan tak pernah serius berlatih.
Saat Kita berumur 10 tahun, Ibu mengantarkan kita bermain bola, berolahraga dan ke pesta ulang tahun teman .
Kita mensyukurinya dengan melompat keluar dari mobil tanpa berpamitan.
Saat Kita berumur 11 tahun, Ibu mengajak engkau dan teman kita ke bioskop.
Kita mensyukurinya dengan menyuruh Ibu duduk di barisan yang berbeda.
Saat Kita berumur 12 tahun, Ibu mengingatkan kita untuk tidak menonton acara TV tertentu.
Kita mensyukurinya dengan menunggu hingga Ibu keluar rumah.
Belasan tahun kemudian,
Saat Kita berumur 13 tahun, Ibu menyuruh kita memotong rambut.
kita mensyukurinya dengan mengatakan bahwa Ibu tidak mengerti mode.
Saat Kita berumur 14 tahun, Ibu membayarkan kemah remaja selama sebulan untuk kita.
Kita mensyukurinya dengan tak pernah menceritakan kabar Kita selama itu.
Saat kita berumur 15 tahun, Ibu pulang dari kantor, mencari pelukan Kita.
Kita mensyukurinya dengan menutup dan mengunci pintu kamar.
Saat Kita berumur 16 tahun, Ibu mengajarkan pada Kita cara mengendarai mobil.
Kita mensyukurinya dengan memakai mobil setiap ada kesempatan.
Saat Kita berumur 17 tahun, Ibu menunggu telepon penting.
Kita mensyukurinya dengan bertelepon ria sepanjang malam.
Saat Kita berumur 18 tahun, Ibu menangis haru pada hari kelulusan kita.
Kita mensyukurinya dengan berpesta pora bersama temanmu hingga fajar menjelang.
Ketika tubuh ibumu bertambah lemah, semakin tua ...
Saat Kita berumur 19 tahun, Ibu membayari biaya kuliah kita, mengantarkan kita ke kampus dan membawakan barang-barang kita.
Kita mensyukurinya dengan berpamitan sedemikian rupa, agar tak nampak Ibu memeluk kita di depan teman-teman kita.
Saat Kita berumur 20 tahun, Ibu bertanya sudahkah engkau mempunyai pacar ?
Engkau mensyukurinya dengan menjawab, "Bukan urusanmu."
Saat Kita berumur 21 tahun, Ibu menyarankanmu bekerja di bidang ini-itu kelak.
Kita mensyukurinya dengan menjawab, "Aku tidak mau seperti Ibu."
Saat Kita berumur 22 tahun, Ibu memeluk kita saat tibanya hari wisuda kita.
Kita mensyukurinya dengan minta hadiah tur ke Eropa.
Saat Kita berumur 23 tahun, Ibu memberikan perabotan untuk rumah kontrakan kita.
Kita mensyukurinya dengan mengatakan pada teman kita, perabotan itu jelek.
Saat Kita berumur 24 tahun, Ibu bertemu dengan pacar kita dan menanyakan rencana pernikahan. Kita mensyukurinya dengan melotot dan menggeram, "Ibuu ... nantilah !"
Saat Kita berumur 25 tahun, Ibu membantu biaya pesta pernikahan dan Ibu menangis bahagia, serta mengatakan betapa besar cintanya pada kita.
kita mensyukurinya dengan pindah ke luar kota.
Saat Kita berumur 30 tahun, Ibu memberi nasihat untuk perawatan anak-anak Kita.
Kita mensyukurinya dengan menjawab, "Sekarang zamannya sudah beda."
Saat Kita berumur 40 tahun, Ibu menelpon kita dan mengingatkan akan acara perkumpulan keluarga. Kita mensyukurinya dengan mengatakan bahwa engkau benar-benar sibuk sekarang.
Saat Kita berumur 50 tahun, Ibu jatuh sakit dan membutuhkan Kita untuk merawatnya.
Kita mensyukurinya dengan menceritakan kisah orang tua yang menjadi beban bagi anak-anaknya.
Hingga kemudian, di suatu hari, Ibu meninggal.
Dan segala sesuatu yang tak pernah Kita baktikan untuk Ibu setulusnya, menjelma menjadi penyesalan yang menyiksa diri seumur hidup, menghujam sampai lubuk hatimu bak halilintar.
Semuanya sudah terlambat.
Kini setiap saat tinggalah penyesalan "Maafkan aku ibuku"

KISAH BERPISAHNYA ROH DARI JASAD

Dalam sebuah hadith daripada Aisyah r.a katanya, "Aku sedang duduk bersila di dalam rumah. Tiba-tiba Rasulullah S.A.W datang dan masuk sambil memberi salam kepadaku. Aku segera bangun kerana menghormati dan memuliakannya sebagaimana kebiasaanku di waktu baginda masuk ke dalam rumah. Nabi S.A.W bersabda, "Duduklah di tempat duduk, tidak usahlah berdiri, wahai Ummul Mukminin." Maka Rasulullah S.A.W duduk sambil meletakkan kepalanya di pangkuanku, lalu baginda berbaring dan tertidur. Maka aku hilangkan uban pada janggutnya, dan aku dapat 19 rambut yang sudah putih. Maka terfikirlah dalam hatiku dan aku berkata, "Sesungguhnya baginda akan meninggalkan dunia ini sebelum aku sehingga tetaplah satu umat yang ditinggalkan olehnya nabinya." Maka aku menangis sehingga mengalir air mataku jatuh menitis pada wajah baginda. Baginda terbangun dari tidurnya seraya bertanya, "Apakah sebabnya sehingga engkau menangis wahai Ummul Mukminin?" Masa aku ceritakan kisah tadi kepadanya, lalu Rasulullah S.A.W bertanya, "Keadaan bagaimanakah yang hebat bagi mayat?" Kataku, "Tunjukkan wahai Rasulullah!" Rasulullah S.A.W berkata, "Engkaulah katakan!," Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada keadaan lebih hebat bagi mayat ketika keluarnya mayat dari rumahnya di mana anak-anaknya sama-sama bersedih hati di belakangnya. Mereka sama-sama berkata, "Aduhai ayah, aduhai ibu! Ayahnya pula mengatakan: "Aduhai anak!" Rasulullah S.A.W bertanya lagi: "Itu juga termasuk hebat. Maka, manakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah r.a : "Tidak ada hal yang lebih hebat daripada mayat ketika ia diletakkan ke dalam liang lahad dan ditimbuni tanah ke atasnya. Kaum kerabat semuanya kembali. Begitu pula dengan anak-anak dan para kekasihnya semuanya kembali, mereka menyerahkan kepada Allah berserta dengan segala amal perbuatannya." Rasulullah S.A.W bertanya lagi, "Adakah lagi yang lebih hebat daripada itu?" Jawab Aisyah, "Hanya Allah dan Rasul-Nya saja yang lebih tahu." Maka bersabda Rasulullah S.A.W : "Wahai Aisyah, sesungguhnya sehebat-hebat keadaan mayat ialah ketika orang yang memandikan masuk ke rumahnya untuk emmandikannya. Maka keluarlah cincin di masa remaja dari jari-jarinya dan ia melepaskan pakaian pengantin dari badannya. Bagi para pemimpin dan fuqaha, sama melepaskan serban dari kepalanya untuk dimandikan. Di kala itu rohnya memanggil, ketika ia melihat mayat dalam keadaan telanjang dengan suara yang seluruh makhluk mendengar kecuali jin dan manusia yang tidak mendengar. Maka berkata roh, "Wahai orang yang memandikan, aku minta kepadamu kerana Allah, lepaskanlah pakaianku dengan perlahan-lahan sebab di saat ini aku berehat dari kesakitan sakaratul maut." Dan apabila air disiram maka akan berkata mayat, "Wahai orang yang memandikan akan roh Allah, janganlah engkau menyiram air dalam keadaan yang panas dan janganlah pula dalam keadaan sejuk kerana tubuhku terbakar dari sebab lepasnya roh," Dan jika merea memandikan, maka berkata roh: "Demi Allah, wahai orang yang memandikan, janganlah engkau gosok tubuhku dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh." Apabila telah selesai dari dimandikan dan diletakkan pada kafan serta tempat kedua telapaknya sudah diikat, maka mayat memanggil, "Wahai orang yang memandikanku, janganlah engkau kuat-kuatkan dalam mengafani kepalaku sehingga aku dapat melihat wajah anak-anakku dan kaum keluargaku sebab ini adalah penglihatan terakhirku pada mereka. Adapun pada hari ini aku dipisahkan dari mereka dan aku tidakakan dapat berjumpa lagi sehingga hari kiamat." Apabila mayat dikeluarkan dari rumah, maka mayat akan menyeru, "Demi Allah, wahai jemaahku, aku telah meninggalkan isteriku menjadi janda, maka janganlah kamu menyakitinya. Anak-anakku telah menjadi yatim, janganlah menyakiti mereka. Sesungguhnya pada hari ini aku akan dikeluarkan dari rumahku dan meninggalkan segala yang kucintai dan aku tidak lagi akan kembali untuk selama-lamanya." Apabila mayat diletakkan ke dalam keranda, maka berkata lagi mayat, "Demi Allah, wahai jemaahku, janganlah kamu percepatkan aku sehingga aku mendengar suara ahliku, anak-anakku dan kaum keluargaku. Sesungguhnya hari ini ialah hari perpisahanku dengan mereka sehingga hari kiamat."

KENANGAN : 40 HARI


Hanya yang tersisia adalah kenangan selama bersama
Kuhirup senyummu, kuburuh kasih sayangmu
Bagai hujan menumbuhi pohon, mekarkan kembang

Kau adalah ibuku
Kau sebagai kakakku
Kau bagai tulang rusukku
Kau adik, kau anakku
Neneng Djamilah
Telah sampai kepangkuan Allah

Namun tak akan hapus kasih ssayangmu
Bagai air akan terus mengucur mengalir

Kini 40 hari sudah kau pergi
Terbang jauh kelangit tinggi
Dan jasadmu rebah didalam bumi
Tapi cahaya dari senyummu menjadi rambu – rambu bagi kami

Dan matamu yang bersinar
Tetap berpendar – pendar
Tak akan pernah redup
Selamat sampai tujuan disurga harapan